BAIK BURUKNYA SUATU BANGSA
DITENTUKAN OLEH AKHLAQ
BANGSA ITU SENDIRI
Oleh :
Ambo Rappe
Wakil Ketua PDM Kabupaten Bone
Periode 2010 - 2015
As-salaamu `alaikum wa rahmatullaah wa barakaatuh.
Al-hamdu li l-Laahi l-ladzii arsala rasuulahuu bi l-hudaa wa diini l-haqq, li yuzh-hirahuu `ala d-diini kullih, wakafaa bi l-Laahi syahiidaa.
Asyhadu an laa ilaaha illa l-Laah, wahdahuu laa syariikalah. Wa asyhadu anna muhammadan `abduhuu wa rasuuluh, al-ladzii laa nabiyya ba`dah.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik `alaa muhammad, wa `alaa aalihii wa shahbihii wa man waalah.
`Ibaada l-Laah, ittaqu l-Laaha haqqa tuqaatih, wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.
Allaahu akbar, Allaahu akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar, wa li l-Laahi l-hamd.
Segala puji dan puja kita panjatkan ke hadirat Allah SWT semata-mata, satu-satuNya Dzat tempat kita mengabdi dan tempat kita berserah diri. Shalawat dan Salam, kesejahteraan dan kedamaian, semoga dilimpahkan Allah kepada Pemimpin Besar kita, Nabi Muhammad Rasulullah SAW, serta para keluarga dan shahabat beliau yang setia. Melalui pribadi yang mulia Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Terakhir, sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang haqq dan sempurna untuk mengatur umat manusia, agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi, dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.
Setiap tanggal 1 Syawwal, umat Islam di seluruh dunia, yang kini berjumlah 1,5 miliar jiwa dan merupakan hampir seperempat penduduk planet Bumi, bergembira merayakan Festival Kemenangan atau Idul Fitri, setelah sebulan penuh berlatih dalam pengendalian diri. Selama bulan Ramadhan kita telah menunaikan ibadah puasa, menegakkan shalat tarawih, memperdalam kajian Al-Qur’an, memperbanyak infaq dan shadaqah, serta amalan lainnya yang diperintahkan agama. Mudah-mudahan Allah SWT menerima segala aktivitas Ramadhan kita sebagai amal shaleh yang menambah neraca kebajikan kita pada Hari Perhitungan di akhirat nanti. Taqabbala l-Laahu minnaa wa minkum, shiyaamanaa wa shiyaamakum.
Allaahu akbar, Allaahu akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar, wa li l-Laahi l-hamd.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Setelah kita selesai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, dengan selamat atas pertolongan Allah SWT, semoga ibadah puasa kita dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT agar menjadi orang yang bertaqwa. [QS. Al- Baqarah : 183]
Allah SWT mewajibkan berpuasa pada orang-orang yang beriman dengan tujuan yang sangat mulia, yakni menjadi orang yang bertaqwa, sedangkan jalan menuju taqwa penuntunnya adalah Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam ( QS. Al-An’aam : 153 )
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. [QS. Al-An’aam (6) : 153]
Dengan berpuasa bagi orang yang beriman harus lebih meningkatkan kecintaannya kepada Al-Qur’an, dengan cinta yang sebenarnya, tidak hanya cinta membaca, tetapi harus berusaha memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, agar tujuan puasanya dapat tercapai/tidak sia-sia. Karena banyak orang yang berpuasa yang puasanya sia-sia belaka, hanya mendapat lapar dan haus saja.
“Rubba saaimin khadzdzuhu min siyaamihil juw’u wal’athosyu..”
Berapa banyak orang berpuasa hasil yang diperoleh dari puasanya itu
hanyalah lapar dan haus saja. [HR. Ibnu Khuzaimah]
Maka marilah kita perhatikan QS. Al-Hadiid 57 : 16
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq. [QS. Al-Hadiid (57) : 16]
Dan bertanya kepada diri kita, belum saatnyakah hati kita ini mau tunduk dipimpin dengan Al-Qur’an, ataukah hati kita memang sudah keras seperti batu dan kita memang sudah menggolongkan diri sebagai orang yang fasiq ?
Allaahu akbar, Allaahu akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar, wa li l-Laahi l-hamd.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, mayoritas bangsa kita adalah orang-orang Islam, tentunya banyak yang menjalankan ibadahpuasa. Kalau puasa bangsa ini dapat mencapai tujuan, akan menjadi bangsa yang paling mulia
Di samping itu bangsa ini akan menjadi bangsa yang ma’mur, bebas dari kemiskinan, semua urusan bangsa ini menjadi mudah, dan diberi
jalan keluar dari berbagai kesulitan-kesulitan yang menghimpit selama ini, sebagaimana janji Allah :
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami timpakan adzab disebabkan perbuatan mereka. [QS. Al-A’raaf 65 : 96]
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar (dari kesulitan-kesulitan). (2) Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya…… (3) …… Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (4) [QS. Ath- Thalaaq : 2-4]
Janji Allah yang begitu menggembirakan tentu menjadi harapan kita semua akan datangnya. Dan kita sebagai orang muslim harus meyaqini sepenuhnya bahwa Allah tidak mungkin memungkiri janji- Nya.
(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [QS. Ar-Ruum 30 : 6]
Yang harus kita perhatikan sekarang, kita termasuk orang-orang yang
mendapat janji itu apa tidak ? Kalau kita termasuk yang dijanjikan, janji itu pasti sampai kepada kita. Kalau tidak sampai kepada kita, berarti kita tidak termasuk yang dijanjikan, dengan kata lain kita belum/tidak termasuk orang-orang yang bertaqwa.
Allaahu akbar, Allaahu akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar, wa li l-Laahi l-hamd.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan keadaan bangsa kita akhir-akhir ini, maka sangatlah memprihatinkan, kerusakan moral makin menyedihkan. Padahal akhlaq/moral sangat menentukan bagi suatu bangsa, sebagaimana kata imam Ahmad Syauqiy :
Innamal umamul ‘akhlaqu maa baqiyat fainhumuw dzahabats akhlaquhum dzahabuw
Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya, Apabila rusak akhlaqnya, maka rusaklah bangsa itu.
Karena pentingnya akhlaq, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki akhlaq, sebagaimana pernyataan beliau sendiri :
Innamaa buitstu liutammima makaarimal akhlaqi
Bahwasanya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlaq (budi pekerti). [HR. Baihaqiy]
Untuk memperbaiki akhlaq tersebut Allah memberikan kepada
Rasulullah SAW kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman/petunjuknya.
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (123) Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari qiyamat dalam keadaan buta". (124) [QS. Thaahaa 20 : 123-124]
Coba kita perhatikan lewat layar kaca, dan media-media cetak, rakyat ini ditunjukkan betapa bobroknya moral anak bangsa ini, seolah-olah tidak ada harapan untuk baik. Melihat kebobrokan ini dari kalangan para pejabat, para wakil rakyat, sampai pada rakyat jelata. Baru saja pada tanggal 17 Agustus 2011 kita memperingati hari kemerdekaan negeri ini yang ke-66. Jadi negeri kita sudah 66 tahun merdeka, tetapi kenyataannya sampai hari ini bangsa kita belum merdeka dari korupsi, belum merdeka dari hutang luar negeri, belum merdeka dari kemiskinan, juga belum merdeka dari ketidak adilan di bidang hukum. Masih begitu banyak dinatara kita ini yang tidak pandai mensyukuri ni’mat kemerdekaan yang diberikan oleh Allah, padahal Allah SWT telah memperingatkan :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya adzab- Ku sangat pedih". [QS. Ibrahim 14 : 7]
Yang kita lihat, di sana-sini tampak manusia-manusia rakus pada harta dan pada jabatan. Kita masih ingat dengan 1 tahun yang lalu, yang sampai saat ini. Kita saksikan di layar kaca, seorang Gayus pegawai golongan III bisa memiliki rumah mewah dan tabungan uang senilai 25 miliar rupiah, ternyata tidak hanya seorang Gayus. Di balik itu melibatkan beberapa oknum pejabat negara yang bersekongkol dalam kecurangan. Yang menyedihkan lagi, para penegak hukum, Jendral berbintang pun saling tuding-menuding, melemparkan kesalahan, sampai ada sebutan “perang bintang”, ada juga istilah, “rekening gendut” yang dimiliki oleh para Jenderal penegak hukum, “makelar kasus” (markus), “mafia peradilan”, dan macam-macam jenis kejahatan yang lain. Perampokan pada Bank yang masih segar di ingatan kita, triliunan rupiah dirampok oleh oknum manusia yang tidak bertanggungjawab, belum dapat diusut dengan tuntas (Bank Century), muncul perampokan-perampokan lagi di beberapa tempat, yakni : Bank, Toko Emas dan SPBU di berbagai daerah, dilakukan dengan kekerasan, dengan senjata tajam, bahkan dengan senjata api. Perampok tidak segan-segan menembak mati seorang Brimob yang bertugas dan dua Satpam luka parah akibat tertembak oleh perampok tersebut (di Medan, Sumatera Utara). Kini di Tahun 2011 ini muncul lagi dugaan kasus korupsi yang lebih besar lagi dengan melibatkan seorang Nazaruddin yang entah sampai kapan bisa tersentuh dengan penyelesaian hukumnya. Ada yang melakukan perampokan dengan cara kekerasan, mungkin karena tidak bisa melakukan perampokan dengan tenang-tenang, dan diam-diam di balik meja, karena tidak mempunyai kedudukan. Ada juga yang melakukan perampokan uang Negara lewat kekuasaan dan institusi/lembaga Negara mulai dari tingkat yang paling bawah sampai kepada tingkat paling atas. Akan tetapi hakikatnya adalah sama-sama perampok, hanya beda caranya saja. Itulah semua gambaran manusia-manusia yang rakus pada harta, dengan cara apapun mereka lakukan, asalkan dapat meraih yang diinginkan, tidak takut dosa lagi. Demikian pula manusia-manusia yang rakus dan ambisi pada suatu jabatan/kedudukan. Hampir setiap ada pemilihan kepala daerah (Pilkada) di negeri ini, pasti terjadi kerusuhan, karena yang muncul juga kebanyakan manusia-manusia yang rakus/ambisi pada jabatan tersebut. Maka terjadilah berbagai macam kecurangan oleh para calon beserta para pendukungnya, dengan melakukan suap-menyuap dan intimidasi. Adalagi istilah “serangan fajar” menjelang detik-detik hari H, sehingga seorang calon pimpinan daerah berani kehilangan milyaran rupiah untuk menang dalam pilkada tersebut. Akibatnya bagi yang kalah lalu marah dan membuat kekacauan. Bagi yang menang, jangan diharap bisa menjadi pemimpin daerah yang baik, karena modal yang dikeluarkan sudah terlalu banyak, maka dia pasti akan berusaha mengembalikan modalnya, dengan cara apa kalau tidak dengan curang ?.
Rasulullah SAW bersumpah :
Wallahi lanuwalliy alaa haadzal amali ahadassa’alahu walaa ahadan kharasa ‘alayhii ( HR. Muslim Juz 3 hal : 1456 ).
“Demi Allah, sungguh aku tidak akan menyerahkan jabatan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang rakus/ambisi pada jabatan itu”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1456]
Rasulullah SAW bersabda :
Maadzi’baani jaai’anii ursila fii ghanamin biafsadalahaa min hirsyl mar’I ‘alaa maali wasysyarafi lidiynihi ( HR. Tarmidzi )
Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thama’ dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
Orang-orang semacam ini jangan diharap dapat baik dalam memegang jabatan yang diembannya. Jabatan tidak lagi dirasakan sebagai amanat yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, tetapi dijadikan alat untuk meraih harta kekayaan sebanyak banyaknya dengan jalan apapun tanpa memakai norma agama, karena agamanya telah dirusak oleh rakusnya terhadap harta dan kedudukan itu.
Allaahu akbar, Allaahu akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar, wa li l-Laahi l-hamd.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, sekarang marilah kita perhatikan berita-berita tentang rakyat kecil : Berbagai macam peristiwa yang sangat menyedihkan di kalangan rakyat kecil. Karena dihimpit kesulitan ekonomi, ada seorang ibu dikampung kita sendiri ini, anaknya meninggal dunia dan tidak bisa lagi diyangani oleh dokter rumah sakit karena penyakit busung lapar. Ada juga yang secara terpaksa membakar dirinya dan anak bayinya untuk mengakhiri hidupnya, dan ada juga yang membunuh dua anaknya yang masih kecil-kecil, lalu dirinya gantung diri. Ada lagi pertengkaran suami dengan istri, juga karena tekanan ekonomi, lalu suami tega membunuh istrinya, dan sebaliknya terjadi juga istri membunuh suaminya. Akhir-akhir ini marak berita ada penculikan anak sampai kepada mahasiswa. Bahkan ada seorang pemuda yang diduga melakukan penculikan dikeroyok masa dan dibakar hidup-hidup, sampai tewas. Astaghfirullah, begitu sadisnya perilaku anak bangsa kita yang sudah 66 tahun merdeka ini, sudah hilang rasa peri kemanusiaannya. Karena tekanan ekonomi bisa menjadi brutal sedemikian rupa. Sampai hati juga manusia-manusia yang menumpuk harta kekayaan berlimpah ruah, sedangkan saudaranya sebangsa menderita kesulitan ekonomi yang sangat parah. Apa artinya “satu nusa, satu bangsa”, kalau tidak disertai dengan perasaan “satu derita dan satu bahagia”? Itu menunjukkan bangsa ini sudah jauh dari akhlaqul karimah. Rasulullah SAW bersabda :
Maa mana rajulun baata syab’aana wajaaruhu jaai’un ilay janbihi wahuwa ya’lamu ( HR. Bukhari )
Tidak beriman seseorang yang bermalam dalam keadaan perut kenyang, padahal ia mengetahui bahwa tetangganya berbaring dalam keadaan kelaparan. [HR. Bukhari]
Mungkin timbul pertanyaan, “Mengapa bangsa yang mayoritas muslim ini ternyata keadaannya seperti ini ?”. Inilah bukti bahwa akhlaq Islam sudah kurang diperhatikan lagi oleh orang-orang yang mengaku beragama Islam yang mayoritas di negeri ini. Kalau sudah demikian keadaannya, apalagi yang kita harapkan ? Masih belum sadarkah kita dengan berbagai mushibah yang terjadi di negeri ini ? Justru mushibah yang paling besar adalah kerusakaan akhlaq bangsa. Kalau kita mau mencermati, itu semua akibat tidak bersyukur atas ni’mat (kemerdekaan) yang telah dianugerahkan Allah kepada kita, maka mushibah demi mushibah datang bertubi-tubi, bagaikan adzab Allah.
Allaahu akbar, Allaahu akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar, wa li l-Laahi l-hamd.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, walau sudah demikian keadaan bangsa ini, kita tidak boleh berputus asa.
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. [QS. Yuusuf 12 : 87]
Oleh karena itu melalui mimbar ini, saya serukan dengan semangat kemerdekaan, kita bangkit, bebaskan negeri ini daerah kita ini dari korupsi, kita bebaskan dari ketidak adilan, kita bebaskan dari kemiskinan, dan kita bebaskan dari semua bentuk kedhaliman, baik itu yang dilakukan oleh bangsa sendiri atau oleh bangsa asing. Kita angkat harga diri bangsa ini, kita prioritaskan perbaikan akhlaq dengan mengacu pada yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kalau akhlaq bangsa itu baik, insya Allah bangsa ini akan menjadi baik, semua bentuk kejahatan seperti yang disebutkan di muka pasti hilang. Akan tetapi kalau akhlaq bangsa ini tidak baik, jangan harapkan bangsa ini akan baik. Rusaknya bangsa ini tentu tidak kita harapkan. Oleh karena itu keadaan yang begini sudah tidak saatnya lagi kita saling melemparkan kesalahan pada orang lain, tetapi haruslah kita akui, ini adalah kesalahan kita bersama. Maka untuk membangun harus kita bangun bersama, dimulai dari diri kita masing-masing, keluarga kita, kerabatkerabat dekat kita, meluasnya kepada masyarakat bangsa ini. Kita kembali kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya, jangan malah makin menjauh. Jika berpaling dari tuntunan Allah dan Rasulullah, bangsa ini pasti semakin mengalami kehidupan yang sempit.
Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". [QS. Thaahaa 20 : 124]
Semoga ibadah puasa kita dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT, yakni menjadi manusia-manusia yang bertaqwa, dan mudah-mudahan kita termasuk bangsa yang dijanjikan oleh Allah, keadaan yang memprihatinkan dan menyedihkan ini segera berakhir, berubah menjadi suasana yang menggembirakan dan membahagiakan dengan ridla Allah.
Hadirin dan Hadirat yang Berbahagia,
Akhirnya, marilah kita memanjatkan doa kepada Allah `Azza wa Jalla. Semoga Dia berkenan mengabulkan segala permohonan kita.
Allahumma Ya Rabbana, telah banyak Engkau berkahi kami dengan rahmat karunia-Mu, namun kami sering ma`shiyat kepada-Mu. Telah banyak Engkau penuhi kenikmatan hidup kami dengan kemurahan-Mu, namun kami sering ingkar dan tidak bersyukur kepada-Mu. Telah banyak Engkau tutupi aib dan kekurangan kami dengan kemuliaan-Mu, namun kami sering menganiaya diri kami sendiri. Betapa banyak sudah dosa yang kami lakukan, betapa beratnya siksa yang akan kami tanggung, sehingga kami malu berdoa kepada-Mu. Namun, kemana lagi kami harus mengadu dan memohon ampun Ya Allah, kecuali hanya kepada-Mu.
Kami tidak putus harapan mengadu pada-Mu. Kami tidak letih meminta dan mengharap pada-Mu. Betapapun besarnya kesalahan dan dosa kami, maaf dan ampunan-Mu meliputi segala sesuatu. Karena itu Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, hapuskanlah segala kesalahan kami, bersihkan hati dan jiwa kami, indahkan akhlaq dan kelakuan kami, sambungkan kembali persaudaraan di antara kami, angkatlah bangsa kami Ya Allah dari jurang kehinaan, berilah kami pemimpin yang mampu membimbing kami ke arah kebaikan, dan tunjukkan bagi kami jalan keselamatan dunia dan akhirat agar kami tidak tersesat. Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Kabulkanlah doa permohonan kami.
Allaahumma innaa nas’aluka l-`afwa wa l-`aafiyah, wa l-mu`aafaata d-daa’imah, fi d-diini wa d-dunyaa wa l-aakhirah, wa l-fauza bi l-jannah, wa n-najaata mina n-naar.
Allaahumma innaa nas’aluka muujibaati rahmatik, wa `azaa’ima maghfiratik, wa s-salaamata min kulli itsm, wa l-ghaniimata min kulli birr, wa l-fauza bi l-jannah, wa n-najaata mina n-naar.
Allaahumma innaa nas’aluka iimaanan kaamilaa, wa yaqiinan shaadiqaa, wa `ilman naafi`aa, wa rizqan waasi`aa, wa qalban khaasyi`aa, wa lisaanan dzaakiraa, wa halaalan thayyibaa, wa taubatan nashuuhaa, wa taubatan qabla l-mauut, wa raahatan `inda l-mauut, wa maghfiratan wa rahmatan ba`da l-mauut, wa l-`afwa `inda l-hisaab, wa l-fauza bi l-jannah, wa n-najaata mina n-naar.Rabbanaa aatinaa fi d-dunyaa hasanah, wa fi l-aakhirati hasanah, wa qinaa `adzaaba n-naar,wa adkhilna l-jannata ma`a l-abraar, yaa `aziiz, yaa ghaffaar, yaa rabba l-`aalamiin.
Wa s-salaamu `alaikum wa rahmatu l-Laahi wa barakaatuh.
Home »
Khutbah
» KHUTBAH ‘IEDUL FITHRI 1432 H DIHALAMAN KAMPUS STKIP MUHAMMADIYAH BONE WATAMPONE (KLIK TULISAN INI JIKA INGIN MENDOWNLOAD KHUTBAH INI)
KHUTBAH ‘IEDUL FITHRI 1432 H DIHALAMAN KAMPUS STKIP MUHAMMADIYAH BONE WATAMPONE (KLIK TULISAN INI JIKA INGIN MENDOWNLOAD KHUTBAH INI)
Written By MUHAMMADIYAH BONE on Rabu, 07 September 2011 | 01.00
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.